Tuesday, October 31, 2006

Critical versus Cynical (part 1)

Gue lagi kritis nih, in both ways.
Kritis sama hidup dan suka mengeritik. Dan korban gue saat ini adalah, again, Filmfilm Indonesia kesayangan gue.
Yah, gue kembali tergelitik dengan filmfilm yang buat gue wajib tonton ini.

Kalo mau ngomongin film bagus, kayanya udah banyak kan? apalagi bentar lagi ada FFI yang kadang jadi tolakukur dalam menilai sebuah film. Jadi gimana kalo kita ngomongin filmfilm di luar kategori bagus itu aja, yuuk!

Well, film Indonesia yang bisa gue kategoriin sebagai not-my-type-kinda-movies ( kalo nggak mau ngedoktrin as film terburuk) adalah :

1. Apa Artinya Cinta
2.Heart

3.Dealova
4.Ketika
5.Virgin


Hey, jangan langsung protes. I have this whole arguments ;)

Gue menilai Virgin nggak oke karena gue menemukan satu adegan yang sangat persis dengan film Coyote Ugly (2000) yaitu ketika adegan di klab malam, orangorang lagi ribut, tibatiba Bian (Laudya C.Bella) naik ke meja bar dan mulai nyanyi serta ngajak orangorang buat joget sampe akhirnya berhenti berantem. Well, that exact scene just a coincidence or what, i dont even know..

Ketika, film besutan Dedy Miswar yang berusaha menyentil koruptor yang pada masa itu lagi gencargencarnya diberitakan, gue tonton di kelas apresiasi film dua semester lalu. Saat itu asli gue benci banget sama dosen gue (I`m sorry..) yang selaluuuuu aja ngehina atau ngejelekin sisi apapun dari film Indonesia. Gue sebagai pecinta atau kalau mau lebih ekstrim, gue pemuja film Indonesia meskipun di luar sana banyak banget orang yang lebih suka menghujat, asli sebel banget sama dia.
Pandangan dosen gue tentang film Indonesia adalah kurangnya sisi kreatif dan tehnik yang dipake sangat jauh dari Hollywood! Ya iyalaaah, gue rasa setajir apapun Chand Parwez atau Nia diNata nggak akan bisa nyaingin film Hollywood secara teknis dan efek. Akan tetapi, film Ketika emang punya segi efek kurang banget, saat adegan jatuh dari gedung. Adegan lain yang ngebuat film ini kelihatan kurang realistis, contohnya adegan Si (gue lupa siapa) bawabawa sapi di tengah jalanan ibukota Jakarta. Is it make any sense diantara sejuta mobil berkeliaran di jalanan itu ada sapi nyempil dan tidak terjadi kehebohan apapun? Hmm..


Film dari novel, udah banyak banget kan? Dealova, karya kakak kelas gue di SMA ini salah satunya. Gue baca bukunya and i was touched by it. Sayangnya suasana itu nggak kebawa di filmnya. Yea, right there`s no such thing as an imagination that could brought into movie. Begitu juga kata Mas Ibnu Wahyudi, my Drama lecture.
Dan, lagilagi segi realistis suatu film sangat gue perhatiin di Dealova kurang banget tuh, sayang yah Mbak Dyan Nuranindya ceritanya dibuat agak anti-klimaks sama Mbak Dian.W.Sasmita. In another movie maybe you can write it yourself then satisfaction`s coming.

Nah, gimana dengan dua film yang menduduki peringkat teratas?
to be continued yah biar nggak bosen...

Oia, ada trivia quiz nih..

Tora Sudiro udah main bareng Indra Birowo loh dari dulu, hayoo di film apa? A. Bintang Jatuh B. Tragedy

Sunday, October 22, 2006

Si Besar dan Si Kecil

Gue sedang dalam proses mengembara, masih belum ada tujuannya juga.
Sebelumnya gue baru aja pulang dari wisata ke Khayangan, cukup menarik tapi sayangnya ada batas waktunya juga.
Waktu gue berangkat gue naik kereta eskpres, maksudnya biar cepat sampai, dan kelasnya VIP.
Menunjukkan gue cukup IMPORTANT saat itu,
lalu perjalanan cukup menyenangkan, servis memuaskan.
Sayangnya, perjalanan berakhir di waktu yang ngga gue duga, padahal gue masih pengen bersenangsenang dan menikmati pemandangan.
Entah karena gue telat ngantri atau emang udah jatah buat tiap pengunjungnya, gue ngga dapetin servis yang sama seperti gue berangkat,
Akhirnya, gue cuma dihempasin aja, mungkin armadanya nggak berpikir tentang rules and regulation buat keselamatan penumpangnya,yah?

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekarang, gue sudah kembali menapaki Bumi.
Tanpa imingiming atau fantasi yang melatarinya.
Gue meminjam istilah yang dipakai Vidya, tentang konsep `cinta` yang menggunakan "C" besar.
Sepanjang perjalanan kemarin, gue nyaris ngedaptin itu, sayangnya sebelum gue bisa megang erat semua itu ternyata Sang C besar itu telanjur lepas lagi,
Fiuh, cape juga gue. Berat benget untuk keep it Si Besar itu, yah yah semakin besar memang semakin sulit dijangkau`kan?
Ternyata hari ini, gue didatengin sama Si Besar, Sunday as Family Day mendatangkan Si Besar kembali di kehidupan gue.

Yah, bener banget Vid, Si Besar yang ternyata salah satunya hanya berlaku untuk hubungan dengan anakanak, barusan gue rasain saat gue ngumpul lagi sama keluarga gue, suasana yang kita nggak perlu takutin dia bakal susah dipegang atau justru minta Si Besar itu dibalikin.

Maybe before i try to melt someone with, i will come back with my former life - which i left behind- and searching for something that could cure and ease my PAIN..

Sekalian mencari Si Besar lainnya...

Wednesday, October 11, 2006

This is it, dear..

baby im done,
i wanna go home . . .


Home, Michael Buble