Thursday, December 30, 2010

2010, You're Just Not That Good Enough!

Biasanya menjelang pergantian tahun, saya mencoba mengingat-ingat kejadian menarik yang terjadi tiap bulannya lalu merangkumnya dalam sebuah tulisan. Entah mengapa, tahun 2010 ini tidak memberikan banyak kepuasan bagi saya. Saya sempat mendiskusikannya dengan beberapa orang terdekat, katanya saya kurang bersyukur dengan apa yang terjadi di tahun ini dan memiliki beberapa standar yang cukup tinggi. Saya sendiri menemukan pola lain yang terjadi di tahun 2010. Mungkin beberapa orang juga pernah merasakan ini;

Apakah kita memiliki resolusi saat memasuki tahun yang baru?
Ya, saya punya!
- Stay di pekerjaan terakhir dan jangan sampai berhenti di tengah jalan
- Banyak minum air putih.

That's it!

Did i accomplished it? YES I DID!

Alasan kenapa memilih resolusi yang sangat simple, karena mungkin pada saat itu saya tidak mau terlalu muluk untuk mencapai yang luar biasa.
Turns out those mind set leads to an effortless year and unknown goals. I can really feel not so passionate i was or just let it flow without any plan. That's so unusual me! I need more exciting resolutions to challenge myself and achieve meaningful goals. That's what i should do in 2011!

Tidak perlu mengeluh lagi ke belakang, dengan beberapa evaluasi yang sudah direnungi akhirnya saya menyadari mungkin sebelumnya saya terlalu mudah puas dengan diri sendiri dan tanpa sadar lupa untuk mengasah pisau yang mungkin sudah tumpul sekarang. Puas dengan sesuatu yang mungkin belum mencapai standar memuaskan. I set the bar so high but the effort just too low.

There's nothing you can do at last and i don't wanna turn back time either. Better to remember some cool things that happened this year, let's start people!

1. After my very 1st interview with international artist Lenka, last 2009 i interviewed Eric Bennet on Java Jazz Festival 2010. He's such a hottie and i can make some people jealous by took a picture with him lol and with John Legend as well, Wohooo!

2. Join the dance group, Sekar Tari Pesona Buddhayah. This is a group of people (girls actually) who really really into traditional dance and so far we finished 2 and (not even)half dancing, Lenggang Nyai, Nandak Ganjen and we're working on Bajidor Kahot. so happy to finally dance again after last class i took in uni it's been a while. Too bad i only performed once because of unmatched schedule but i hope i can make it more next year, Amen!

3. Accidentally Met my former idol in broadcast world, Irfan Ihsan. OMG,why would i wrote this? Anywho, to finally meet him it's kinda awesome beacause i adore him since i was little. It makes list-of-my-idol-i-should-meet getting smaller :p

4. Cantar Caravelas finished the 3rd recording this year. After high and low circumstances finally we did our this year goals. Some people come and go but i remain the same, well i gotta hang in there but i don't know how long i can stay. At least, i gave my best this year after 4 years joining this Portuguese Culture group. Wehad performances at Jakarta Food and Fashion Festival,Portugal National Day, Welcoming Portuguese Sailors, Women's International Bazaar, Festival Kampoeng Toegoe,etc. Boa Suerte em 2011, Amigos!

5. Start to do more exercise,swimming! Actually i tend to do it once a week but depends on weather and my period, turns out it didn't make me any slimmer but happier thou. Should do it more often next year :)

6. So many concerts, gigs , and rave on 2010! King's of Convenience, Imogen Heap, Empire of The Sun on Gatecrasher, John Legend on Java Jazz Festival, The Raptures, Kelly Clarkson, Ian Brown, Kula Shaker, Playground Festival, Smashing Pumpkins & Stereophonics on Java Rocking Land, Simply Red and Les Nubians on Soulnation. Konser terbanyak dalam satu tahun dan terbanyak pula dapat gratisan :p I only pay for Imogen Heap, Java Rocking Land, and Kelly Clarkson. And the best ones : Imogen Heap & Simply Red!

7. Menonton film terbanyak di JIFFEST saat bukan jadi volunteer! Waiting for Superman, Incendies, Scott Pilgrim VS The World, Belkibolang, Jakarta Magrib, Uncle Boonmee Who Can Recall His Past Life, When We Leave, Biutiful, Alangkah Lucunya Negeri Ini, The Wedding Photographer, and Turk's Head. My favorites are Belkibolang, Incendies, and Waiting For Superman. Too bad i only watched one movie on INAFFF 2010;
The Girl Who Kicked the Hornet's Nest and Europe on Screen's Soul Kitchen and missed QFilm Festival.

8. Met POTUS, Barack Obama! Woho-hoooo! This might be once in a lifetime experience and thanks to Yayasan Pita Kuning for the invitation :D

9. The most exciting move i did on 2010 is.. cut my long hair to super short hair! Last time i had short hair it was on 7th grade so THIS-IS-HUGE! lol

And the 2011's plans are....

* Take TOEFL preparation and search for scholarship info as much as i can
* Getting closer to my passion; film industry! Contribute! at least keep on writing
* Read more and more books
* Watch more and more, and MORE movies!
* TRAVELING! Bali on April, Beijing on May (AMEN) and one more spot left. Gili? Manado? Australia? We'll see..
* Giveback to my community! This could be anything and anywhere, i hope January will be a good kick-start.
* More exercise! Swim swim..or anything less boring than gym class :/
* Less soda or unhealthy beverage and greasy food. Alcohol? Hmm..
* Join movie club or course and also improve my Chinese
* Improving my show as well ;)
* Put shopping habit into another useful habit or activity
* ..or simply less shopping!
* Nabung..nabung! Mulai mengatur keuangan, Mariiii!
* Erasing (or decrease) 'HARSH' and 'SARCASTIC' from my middle name.
* Start thinking about career instead of job. Seek for any possibility of opportunities.
* Looking for side job
* Change my blog design
* Write more..
* Doa dan sholat, bukan cuma pas susah aja, Amin Ya Allah!
* Curse less :p
* Cek kolesterol (deg-degan..)

Oh well that's quiet a plan.

Let's seize the day!

Wednesday, December 22, 2010

Working Girls, Just Like You!



Seberapa sering kita mengganti channel televisi tiap ada tayangan musik dangdut atau kontes bakat? Seberapa sering kita menolak ajakan menonton pertunjukan sarat kedaerahan? Atau setiap kali waria yang muncul di depan kaca mobil kita sambil mengamen tangan kita hanya melambai lalu abaikan?

Ternyata puluhan jiwa berada di belakang tiga pekerja tersebut yang mayoritas adalah pekerja perempuan. Mereka yang hidupnya konon bisa berubah dari sebuah kontes adu bakat, mereka yang hidupnya berkisar di satu lokasi saja demi mempertunjukkan yang sepi penonton dan minim bayaran, dan juga mereka yang bertaruh nyawa karena pilihan hidup sebagai waria.

Working Girls adalah film antologi hasil workshop Kalyana Shira Foundation dan Kalyana Shira Film yang berusaha mengemas dan menyuarakan tiga isu tersebut lewat tangan 5 sutradaranya. Menyoroti para perempuan pekerja yang ternyata memikul beban berat sepanjang mereka mencari nafkah. Hasilnya? bisa segenggam berlian atau hanya sekadar sesuap nasi. Working Girls berisi 5 Menit lagi ah..ah..ah karya Sally Anom Sari dan Sammaria Simanjuntak , Asal Tak Ada Angin karya Anggi C. Noen , dan Ulfie Pulang Kampung karya Daud Sumolang dan Nitta Nazyra C.Noer.

Riana, gadis belia yang memenangkan kontes bakat 'Stardut' hidupnya berubah 180 derajat dengan uang 100 juta yang didapatnya sebagai hadiah. Sontak keluarganya langsung mengubah ini-itu dari mulai merenovasi rumah sampai biaya berobat sang Ayah, Oces. Berjalannya waktu, popularitas Riana hanya bertahan dua tahun saja. Untuk menambal kebutuhan hidup keluarga, Riana pun menerima tawaran menyanyi di panggung-panggung lokal. Masalah makin terasa ketika Riana harus meneruskan sekolah dan biaya makin menipis. Di saat genting itu hadirlah Ayah Tito, laki-laki yang mengaku menyukai keluguan Riana dan bersedia mengangkat Riana jadi anak serta membiayai semua kebutuhan keluarga Riana.

Lain lagi dengan para pemain Ketoprak yang berisi senior citizen yang masih setia mengabdi pada paguyuban ketoprak yang sehari-hari hanya bisa memberikan upah 2000-8000 rupiah. Diceritakan dalam Asal Tak Ada AnginMereka yang rata-rata sudah lebih dari 10 tahun bermain ketoprak rela tinggal beratapkan seng yang sudah bobrok dan ringkih jika tertiup angin.

Transgender ibukota ternyata tidak merasa bebas dengan kehidupan urbannya. Di balik identitas yang dengan bebas mereka beberkan, ada identitas lain yang berusaha mereka tutupi yaitu sebagai ODHA lewat Ulfie Pulang Kampung Zulfikar alias Ulfie alias Koko harus memendam rahasia tentang kesehatannya ketika pulang kampung ke Aceh. Ia bahkan sudah terbuka dengan perubahan jenis kelaminnya tetapi tidak untuk yang satu itu. Ulfie juga berusaha menyelamatkan teman-teman warianya setelah satu persatu meninggal karena AIDS. Mereka yang tersisa sepertinya belum teredukasi akan pentingnya memakai kondom dan memilih berdiam di fase in denial tanpa mencoba melalukan tes darah.

Ketiga sosok perempuan tersebut berusaha menopang hidupnya dengan cara masing-masing dan dengan cobaannya masing-masing pula. Hubungan Riana dan Ayah Tito sekilas terasa akrab di telinga kita, mengingatkan kisah pedofilia yang kerap menimpa gadis-gadis lugu yang hidupnya jauh dari kota. Kasih sayang Ayah Tito yang menganggap dirinya 'ayah' terasa berbeda saat tertangkap di kamera. Bagaimana dia memangku Riana, bergandengan, memanggil 'Yang' sampai memeluk dan mencium kepala Riana tidak selayaknya kasih sayang Ayah pada anaknya. Kekhawatiran Oces justru dibantah dengan kepolosan ibu Riana. Tidak ada prasangka dari sang ibu mengamini apa kata Oces.

Para pemain ketoprak yang sudah puluhan tahun mengabdi tidak berpikir untuk pindah untuk mendapat kehidupan yang lebih layak dan semuanya dinikmati dengan tawa dan canda saja. Sosok transgender seperti Ulfie mungkin banyak mendapat cercaan dari keluarganya karena dianggap menyalahi kodrat tapi Ulfie pada akhirnya sama seperti manusia biasa yang begitu cinta pada keluarganya dan ingin melakukan giveback pada
komunitasnya, para kaum trangender.

Penayangan Working Girls yang bertepatan pada Hari Ibu 22 Desember lalu seperti ingin memaparkan bagaimana kuatnya perjalanan yang dilalui para perempuan pekerja tersebut bahkan tanpa mereka sadari. begitu juga dengan lingkungan yang memanfaatkannya, meremehkannya, menolak dan mengabaikannya. Mereka yang bekerja, menghidupi sendiri seperti yang dilakukan perempuan lain dengan pekerjaan 'konvensional' lainnya. Pada akhirnya, perempuan bekerja demi sebuah kesetaraan dirinya sendiri.

*dari berbagai sumber

Monday, November 29, 2010

Onrop Yang Pop!


*from onropmusikal.com

Hiburan apa yang biasanya ditunggu dan dinantikan masyarakat urban kala akhir pekan? Beberapa dari mereka masih menghabiskan waktunya untuk mengantri ke bioskop menonton film-film box office yang di Hollywood sudah diputar beberapa hari terlebih dahulu. Mungkin sebagian juga menantikan penampilan musisi asing yang mengadakan konser tunggal atau kolaborasi dalam sebuah festival musik. Entah mereka paham atau tidak esensi cerita dari film yang mereka tonton atau jenis musik obrolan tentang acara yang dialami menjadi sebuah kepuasan tersendiri, terutama dalam kelompok sosial.

Kini, tak yang dimainkan, kadang berada dalam situasi hingar bingar dan nantinya berseru dalam lagi perlu menunggu jeda beberapa hari film box office diputar di Hollywood atau antrian kota besar dalam jadwal konser musisi anyar atau legendaris, warga Jakarta nampaknya dengan sangat mudah menemukan dan menikmati hiburan populer di sekitarnya. Seberapa populernya? Sebanyak mungkin orang yang membicarakannya, sepanjang mungkin orang yang mengantri tiketnya, seramai mungkin muncul di timeline Twitter atau secepat mungkin berita menyebar. Orang-orang awam atau beberapa tokoh yang dianggap penting.

Salah satu hiburan yang mungkin cukup populer tahun 2010 ini adalah drama musikal. Sebut saja, Gita Cinta The Musical dari Artswara yang membawa romansa tahun 70-an ke panggung 2000-an, Dream Girls dibawa langsung lisensinya dari panggung Broadway ke Balai Kartini oleh sekumpulan anak muda Jakarta Broadway Team, ada juga EKI Dance Company dengan Jakarta Love Riot-nya. Itu baru segelintir saja, belum lagi musikal Diana karya Garin Nugroho, dan mungkin musikal lain yang tidak tersorot media.

Bulan November ini, kepopuleran sebuah pertunjukan kembali diuji lewat dengungan di social media. Joko Anwar, sutradara yang dikenal lewat Janji Joni, Kala, dan Pintu Terlarang sudah lama menggembar-gemborkan Onrop, sebuah pertunjukan drama musikal yang audisinya cukp menyita perhatian. Penari, penyanyi dan pemain teater bergabung untuk satu tontonan yang berbeda dari tontonan sebelum-sebelumnya.
Joko Anwar berkolaborasi dengan Eko Supriyanto, koreografer andal yang dikenal sampai negeri Paman Sam, bukan hanya kehebatan akting aktor dan aktrisnya yang menawan tetapi juga penari yang digembleng khusus di ‘Pulau Onrop’ menuai decak kagum penonton selama hampir seminggu penuh di Teater Jakarta. Ary Kirana, Aimee Saras, Ichsan Akbar, Giandra Hartajaya, Ario Bayu dan Yudi Firmansyah bergantian memainkan 3 peran utama dalam cerita cinta yang penuh unsur kritik sosial dan politik seputar kebebasan berekspresi yang belakangan ini seolah semakin dikekang oleh pihak yang berwenang.
Standing ovation konon terjadi tiap hari pertunjukan. Selama 5 menit penonton memberikan penghargaan pada semua pendukung acara, mereka begitu terpukau dengan tontonan yang tidak pernah terasa begitu berbeda sebelumnya. Onrop berani memberikan kritik sosial ke dalam tontonan publik yang selama ini mungkin hanya berani diungkapkan publik lewat akun Twitter pribadinya atau segelintir blogger pada pembaca setianya. Lewat pertunjukan musikal ini, penonton urban yang mungkin kebanyakan manusia serba sibuk dan mobile bisa lebih mudah dihadapkan protes-protes yang selama ini mungkin tidak sempat mereka simak di kerumunan pengunjuk rasa, novelis, atau teater lain yang tergolong lebih serius. Onrop menyuguhkan kesegaran lewat protesnya yang pop. Tidak perlu menyerenyitkan dahi berpikir keras atau larut dalam bahasa yang sulit dimaknai. Onrop begitu mudah dinikmati tapi tetap terasa berisi.



Bagian termegah dari musikal ini yang cukup mendapat perhatian adalah koreografi Eko Supriyanto yang seolah menjadi nyawa utama Onrop dilengkapi dengan orkestra. Hasilnya sungguh mewah! Jakarta yang sudah akrab di mata penonton urban makin terasa dramanya dengan musik yang mendayu-dayu, penarinya pun ikut berperan mendramatisir tiap dialognya. Kekuatan Joko Anwar dalam menuturkan dialog layaknya di film-filmnya juga terasa kental di sini. Celetukan yang terasa sangat dekat dengan penonton juga membuat drama ini makin menyentil. Salah satu adegan yang menampilkan signature scene ala Joko Anwar, ketika dialog dua anak kecil membicarakan pelajaran biologi di tengah-tengah obrolan pemain utama. Adegan anak-anak itu lekat sekali dengan film Janji Joni, yang banyak menampilkan dialog selewat tapi mengena.



Lewat Onrop penonton jelas diberi pencerahan secara langsung apa saja yang menghimpit kaum urban terutama pekerja seni dengan peraturan yang cenderung tidak masuk akal dan kebebasan berarti memberi ruang berekspresi yang lebih luas dan berujung bisa membuat lebih bahagia dan ‘kaya’.
Pasca Onrop apakah penonton musikal lebih ‘kaya’ dalam menikmati seni? Apakah nantinya musikal lain yang ditampilkan lebih ‘berat’ akan diterima sama seperti ini? Atau pada akhirnya popularitas mengalahkan segalanya?

Monday, October 04, 2010

Three Stages of Heartbroken Women's Life




Literatur dalam layar perak memang bukan sesuatu yang baru untuk disuguhkan ke pecinta film layar lebar. Tantangan membawa tulisan penulis buku yang ada di tangan sutradara dan penulis skenario itu sendiri. Tulisan Elizabeth Gilbert ada di tangan Ryan Murphy(Sutradara) dan Jennifer Salt (Penulis Naskah), gaungnya sudah mendunia dan seluruh dunia (atau Indonesia saja?) menunggu hadirnya Eat, Pray, Love buku yang laris nyaris 7 juta kopi di seluruh dunia*.
Kisah sang penulis, Liz (Julia Roberts)yang mencari pijakan hidup pasca perceraiannya dengan Steven (Billy Crudup). Ia sempat menjalin cinta dengan penggila Yoga, David Picollo (James Franco) namun kembali terusik dengan berbagai pikiran yang menunjukkan ketidakbahagiaan dengan apa yang ia punya saat itu. Berdialog dengan Tuhan yang selama ini jarang dilakukannya, membuat Liz seolah mendapat jawaban untuk menjauh dari semua 'cinta'nya di New York termasuk sahabat-sahabatnya. Alasannya, meskipun banyak cinta untuk Liz dari mereka, Liz tidak bisa memberikan cinta yang setimpal bagi mereka.
Terbanglah Liz ke Roma, Itali untuk memenuhi hasrat makan yang konon hilang seiring hilangnya kebahagiannya. Spaghetti Bolonaise, Carbonara, Margerita Pizza sampai kudapan khas Itali, Napoleon sukses membuat Liz melupakan cintanya di New York. Makanan yang membuat ia bahagia. Sampai di India, Liz ternyata merasakan jiwanya kosong. Meskipun tujuannya ke India untuk bertemu Gurugita yang dipujanya bersama David, Liz merasa jiwanya masih terfokus di New York. Liz berusaha melepaskan diri dari cintanya di masa lalu dan meneruskan perjalanan ke Bali, untuk kembali bertemu Ketut Liyer yang sebelumnya pernah meramal tentang kehidupannya. Liz kembali diguncang, pijakan yang kiranya sudah seimbang kembali dipertanyakan, sudahkah ia siap menjejak ke cinta berikutnya?

Film yang agaknya over exposed ini memang menyuguhkan banyak eksotisme.
Sisi-sisi feminin Liz juga banyak terungkap lewat kehidupannya di 3 kota yang begitu berbeda. Nampaknya hampir semua perempuan pernah merasakan apa yang dirasakan Liz, mulai dari keragu-raguan, patah hati, bersenang-senang, dan kembali pada fase ragu-ragu. Tiga kota yang dikunjungi Liz sepertinya mewakili perasaan dan fase hidup apa yang sebenarnya sedang dirasakan perempuan pasca sakit hati. Meskipun mungkin tidak terjadi pada semua orang, fase sakit hati akan mengarahkan kita pada pencarian kesenangan, mungkin tidak abadi tetapi setidaknya cukup bisa mengobati. Kemudian kita bisa disadarkan dengan kesendirian, betapa asingnya dunia yang berbeda dan keadaan yang berubah. Saat itu tantangan yang perlu dihadapi, bisakah kita fokus pada apa yang akan kita cari berikutnya? Ketiga, perburuan kembali dilakukan namun apakah hati kita siap untuk kembali berjumpa dengan guncangan itu? Guncangan akibat kupu-kupu yang siap menari dan membuat perut kita bergejolak atau guncangan akibat dihadapkan dengan sesuatu yang tidak pasti, akankah ini bertahan? Pada akhirnya kita kembali pada fase yang pertama, keragu-raguan dan kehidupan akan kembali berulang pada 3 fase hidup itu. Pertanyaannya, apakah siap menjejak pada suatu yang tidak seimbang lagi?


"To lose balance sometimes for love is part of living a balanced life.- Ketut Liyer"

*Dari berbagai sumber

Wednesday, September 08, 2010

Dengan Menyebut Nama Allah



Musim film Indonesia kembali dimulai di H-2 Lebaran tahun 2010 ini. Dibuka dengan film yang cukup dinanti,salah satunya Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo. Film epik yang merupakan biografi tokoh pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Diramaikan oleh banyak aktor papan atas, seperti Lukman Sardi, Slamet Rahardjo, Zaskia Adya Mecca, Ikranegara, sampai Sudjiwo Tedjo. Perjuangan Dahlan sebagai santri di Kauman, Yogyakarta ketika merasakan beberapa keganjila agama yang dianutnya sejak kecil pasca melaksanakan rukun Islam kelima, melakukan ibadah haji ke tanah suci. Dahlan berusaha mendalami dan memisahkan ajaran Islam yang diyakini dengan tradisi kejawen yang sudah mendarah daging di masyarakat Jawa.

Kisah sejarah dan juga bagaimana perjuangan menegakkan ajaran Islam yang tidak sekadar di permukaan menghadirkan kasus-kasus yang banyak ditemui dalam masyarakat Indonesia saat ini. Perdebatan tentang arah kiblat atau pemahaman ajaran Islam yang tidak melulu dimaknai secara harfiah dijabarkan dalam adegan-adegan yang seperti mencoba menyentil umat muslim yang hidup di zaman liberal ini. Ketika Islam berkembang di era penjajah, sering kali jika dikaitkan dengan pemerintah Belanda, semuanya jadi dibuat haram bahkan dilabelkan kafir. Perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, tahun 1800-an yang masih minim, jika bersentuhan dengan Belanda atau pengetahuan baru berbau kebarat-baratan langsung identik dengan kafir.

Adegan ini mengingatkan kita pada kasus fatwa haram yang beberapa kali dilontarkan MUI, mulai dari jejaring sosial atau hak pilih dalam politik. Kasus lain, Penyerangan kelompok Kyai Penghulu terhadap langgar Kidoel milik Dahlan juga menunjukkan simbol tidak adanya kebebasan beragama, bahkan dalam sesama Islam. Kyai penghulu yang merasa 'tradisi' ajaran Islamnya dipatahkan oleh Dahlan yang berusaha menyederhanakan ajaran Islam dianggap murtad dan melangkahi kewenangan Kyai Penghulu sebagai kyai terhormat di Yogyakarta. Kembali diingatkan kita pada kejadian anarki beberapa ormas di Jakarta yang kerap menganggap kelompoknya benar dan merasa 'baik-baik saja' menyerang kelompok atau bahkan agama lain yang dianggap sepaham. Pemblokiran jalan atau pemukulan pun dibenarkan atas dasar nama Tuhan.

Ternyata sejarah pernah terjadi di masa lalu dan sesungguhnya kita diingatkan lewat karya Bramantyo ini, kekerasan tidak akan menyelesaikan segalanya. Di awal film muncul pertanyaan murid Dahlan, "Apa itu agama?" Dahlan tidak menjawab, justru ia memainkan biolanya dan bertanya balik pada santrinya, "Apa yang ia rasakan?", si santri menjawab, "Damai, Tenang, Seperti bermimpi". Dahlan menjawab, Itulah agama. Ketika tidak memiliki pemahaman tentangnya, makan jadinya berantakan.
Itulah seharusnya agama Islam, damai, tenang dan tidak berantakan. Ketika hal itu belum terjadi, jangan atas namakan agama sebagai tonggak untuk pembenaran atas segala tindakan anarki yang menentang humanisme. Tidak perlulah nama Tuhanmu dijadikan alasan atas sikap yang masih berantakan memahami agama yang kita anut, agama Islam. Semoga ini mencerahkan!

Tuesday, August 17, 2010

And The Remaining Memories

I couldn't be happier when i found this articles from official website Chinese Childrenhome Shelter and Association, place that i spent volunteering on several childrenhomes on 2008.

I wrote this article when i finished my service on first shelter,Taiwan Christian Faith, Hope, Love: Children’s Home in Ping-Tung County before i started another service at Hsin-Chuang Agape Children Home in Taipei County. It brings back my memories behind.

Feel free to comment :)

Until last night, two days after I left 31 kids in Ping Tung, I still can remember everything single thing they did even in small details.

I can adlibbing every words as they sang Backstreet Boys song and Old McDonald song.

I can feel them tapping in my head like a drumbeat as they danced the tap dance.

I can hear their laughter echo in my ears.

I can't remove all of that from my memory.

Three weeks ago, me and my team started this project in Faith Hope Love Children Home in Ping Tung, Taiwan. This is my first experience visiting Taiwan and do this volunteer work. Before i met them, i imagined about unattractive, shy, not energetic kids. Those pictures ruined in the very first time we played the game to know each other. They were so powerful energetic and lots of laughters. Me, as foreigner knew nothing about them, about their background and things related to that issue. All i know is i have to be with them 24 hours in three weeks. We stick to their schedule from 6.20 in the morning gather around for breakfast, courses at 9 to 11, lunch at 12, take a nap until 3, dinner at 7, and go back to our room at 9. every schedule is fixed and sharp right on time. I really shocked about this at the very first time, i can’t even have my breakfast so early in the morning, and i can’t sleep early either. The first three days was the hardest part and devastated for me. I can’t even understand what they were talking about. When they were laughing i just freeze and have no idea what were they laughing at, and it might be me.

I want to know what they’re talking about, even the little kid just mumbling things that they can even barely understand it, im curious about it.

I want to join and share every laughter they had so i can laugh at hilarious things or even silly jokes they made.

My curiosity about everything about them lead me to enter their world. The world of their own that was isolated from outsider and we, the foreigners, tried to getting into it. At the very beginning it was only my curiousity about live in another country and learn different custom of living took me to Taiwan. But now since i know them, i want to love them and shared what i had to them, hopefully can fulfill their needs.

My curiosity about how they can cover their pain with laughter and joy. I never knew before about their stories and how they can struggle with the stories behind it.

We taught them how to be creative with art such as paper folding, drawing, painting, singing, dancing, and even acting. They were amazingly creative. Right when we just arrived, they just practiced their break dance and they got their style! I don’t know where they learn that moves since they are in a county but it must be because they had lots of limitation but they don’t want to trap in that situation. We also played basketball with them and they beat us every time. In other games they can beat us easily and after that they still had energies to play other things like one wheel bike or just running all around the playground. We tried to open their horizon with taught them dances like tap dance and Saman, Indonesian traditional dance from Aceh. We tried to show them new things that they can learn improved themselves and they have to show us at the farewell party. The emotional part was the farewell thing. After amused the audience by showed all the things we taught them from sang Old McDonald, performed both Tap and Saman Dance, their own drama, and imitating former well known boyband, Backstreet Boys, i felt so sad and hard to leave them in the next day. The fact that they can catch what we taught them for almost three weeks, the fact that they did very great job in every single thing, and the most, the fact that i can’t see them improved their knowledge because i will leave them and may not see each other for the rest of my life.

I remember when the second batch kids were leaving for their home and left a cute message which totally touched everyone’s heart there. I remember the kid who can imitate every dancing move that i taught them and he becomes the best dancer among the others. I keep remember meals that i got in last couple days which is special made because i can’t eat pork and the chef made it for me super big plate of veggie noodle. And i won’t never ever forget when they were crying after sang the goodbye song at the farewell party and the next day they waved goodbye in front of the door then saw them as small kids which finally faded as our way go back to Taipei. But here, in my heart they never fade away, they just stayed.

Friday, August 06, 2010

Sakit yang Tersisa dari Dua Belas Tahun Lalu



Apa yang tersisa dari kejadian Mei 1998? Tentu banyak yang tersakiti dan banyak pula yang terkubur ceritanya dan tidak berharap pernah membukanya lagi. Memoar tentang kejadian ini salah satunya ditulis oleh sastrawan Seno Gumira Ajidarma dalam cerpennya, Clara. Cerpen tersebut bercerita tentang gadis Tionghoa yang menjadi korban kebejatan warga pribumi yang memperkosa dan merampas hartanya. Bukan hanya itu, petugas yang seharusnya membantu Clara menyelesaikan masalahnya justru seolah tidak peduli dengan penderitaan Clara dan menambahkan cibiran pada penderitaan yang diderita gadis itu.

Dalam sinema Indonesia, bulan Mei 1998 menorehkan cerita dalam layar, salah satunya film MAY karya Viva Westi yang sudah beberapa kali diputar salah satunya di Jakarta International Film Festival 2009. Setelah 2 kali terlewatkan, akhirnya MAY kembali diputar di layar Kineforum "Identitas Untuk Semua", 3 Agustus lalu.

Film yang memenangkan 11 dari 12 nominasi pada Festival Film Indonesia 2008 * ini mengangkat kisah-kisah di balik tragedi 13 Mei 1998. Etnis Tionghoa yang banyak menjadi korban disimbolkan oleh (lagi-lagi) perempuan yang menjadi korban perkosaan dan harus menanggung derita terpisah dengan keluarganya. May (Jenny Chang) gadis yang sedang menjalin cinta dengan Ares (Yama Carlos) laki-laki pribumi yang sedang meniti karir menjadi pembuat film documenter terjebak dalam kerusuhan 13 Mei 1998 ketika ia sedang casting di sebuah rumah produksi. Ares yang berjanji menjemputnya tidak datang dan naasnya May pun menjadi korban perkosaan. May ditolong oleh seorang jurnalis asing yang akhirnya merawat anak yang dilahirkan May.

Petaka tidak hanya menimpa May, ibu May Cik Bing (Tutie Kirana) terjepit dalam situasi kehilangan jejak May dan usaha menyelamatkan diri ke luar negeri. Dengan berbekal selembar sertifikat tanah, Cik Bing pun meninggalkan tanah air demi keselamatannya.
Tahun berlalu, tragedi itu masih menyisakan pertanyaan dan perih korban-korbannya. May yang bekerja menjadi penyanyi kafe di Malaysia ternyata masih menarik perhatian Ares yang mencarinya untuk meminta maaf. Cik Bing pun masih terperangkap dengan kesendiriannya. Tiba-tiba muncul tokoh Gandang (Lukman Sardi) yang entah darimana hubungannya dengan May atau Ares. Ternyata, munculnya tokoh Gandang inilah awal dari keperihan yang lebih mendalam dari tragedi ini.

Gandang adalah salah satu korban yang dijadikan alat oleh orang-orang yang memanfaatkan keterbatasan akomodasi dalam aksi penyelamatan diri etnis Tionghoa dari chaos 1998. Bekerja di sebuah hotel, Gandang menjadi saksi kebejatan seorang staff hotel yang tega menjual 3 lembar tiket pesawat dengan sebuah mobil sedan bahkan 1 lembar tiket pesawat dengan sepetak tanah. Kala itu Gandang yang hanya buruh cuci tentu tergoda, apalagi ia diiming-imingi naiknya nilai tanah yang bisa ia nikmati tanpa harus susah-susah bekerja. Gandang beberapa tahun kemudian menyesali perbuatannya. Masih melekat di pikirannya wajah ibu yang kebingungan, Cik Bing yang masih tidak mengetahui keberadaan May akhirnya menyerahkan harta benda satu-satunya demi keselamatannya di negeri orang. Tak heran Cik Bing dan beberapa keluarga etnis Tionghoa yang saat itu memang menjadi korban merasa lebih baik melarikan diri karena di negara yang tercetak di paspor sebagai kewarganegaraannya, keamanan adalah barang langka. Menyakitkan melihat rasisme menjadi alat untuk merasakan kenikmatan sesaat. Alat untuk menikmati barang jarahan yang selama ini hanyalah mimpi dari sebuah kemewahan untuk memiliki, alat untuk memuaskan nafsu yang selama ini bersembunyi di balik pakaian tertutup, dan juga kekuatan untuk memeras dalam suasana terjepit yang selama ini kekuatan mereka tidak pernah dipedulikan. Berapa lama kemewahan, kepuasan, dan kekuatan itu bertahan? Sekejap. Sakitnya? Abadi.

*sumber inilah.com
Foto berbagai sumber

Friday, April 02, 2010

Good Friday :)

I need to do an exercise this week so i went to My Body Gym,Talavera Building to swim. Turns out it supposed to be closed, but since we were already there, they open the pool for us. YIAY!
It's like having a private pool on rooftop :D






Thursday, April 01, 2010

Aha!

Setelah hanya berangan-angan, pasca kedatangan Phoenix Agustus 2009 lalu,akhirnya mimpi saya menjadi kenyataan untuk kedua kalinya. Imogen Heap yang juga vokalis dari Frou Frou menjejakkan kakinya di Jakarta untuk Ellipse World Tour, 31 Maret lalu dengan Mahaka Entertainment sebagai promotornya.



Menurut saya konser ini sedikit mengejutkan-sekaligus menyenangkan tentunya- mengingat fanbase Imogen Heap di Jakarta tidak bisa dipastikan banyaknya (yang betul-betul suka yah!) Tapi keberanian Mahaka membuahkan kebahagian buat saya.
Dengan 2 opening acts, konser dibuka dengan hits pertama dari album Ellipse, First Train Home. Agak mengagetkan salah satu lagu andalan dimainkan sebagai pembuka. Disusul oleh Wait it Out dan Little Birds, keapikan konser malam itu bukan hanya terdengar dari alat-alat musik ajaib yang dimainkan tetapi juga lay out panggung yang disetting entah seperti hutan, taman bermain, atau tempat tinggal peri.



Sorot lampu warna-warni dan efek bayangan ikut mempercantik panggung dan makin mendramatisir lagu-lagu yang dinyanyikan solois Inggris tersebut.
Di lagu Little Bird, bunyi-bunyian burung dibantu dengan efek bayangan burung-burung terbang kian membuat penonton di Balai Kartini terhanyut dalam dongengan Immy.
Kejutan lain juga hadir di lagu Aha! ketika seorang cellois lokal, Rahman Noor ikut tampil setelah lolos audisi yang dilakukan khusus untuk musisi lokal.
Kejutan lain, Imogen Heap memainkan Let Go, lagu dari Frou Frou, bandnya terdahulu bersama Guy Sigsworth.
Dengan hanya menggunakan instrumen piano, penonton ikut bersenandung dalam nada-nada melankolis. Imogen Heap bisa dikatakan sangat komunikatif dibanding musisi-musisi lain yang biasanya hanya menyapa Halo, Apa Kabar, Selamat Malam, dan Terima Kasih. Banyak cerita dari lagu-lagu yang dibawakan dan juga gaya bercerita ala fairy tale membuat penonton tertawa dan tidak henti-henti berteriak 'I Love You'.

Ia juga mengajak penonton ikut dalam choir lagu Just For Now dan Hide and Seek.
Setelah menghilang dengan lagu yang dianggap sebagai 'lagu terakhir', Imogen Heap kembali dengan Hide and Seek beserta 2 lagu berikutnya, lalu menutup malam dengan janji manis akan kembali ke Jakarta.
Thank you, we enjoyed your lullaby in your wonderland then having sweet dreams as a gift!

Setlist Imogen Heap @ Balai Kartini Jakarta
(Thanks to Yarra Aristi, Music Director Cosmopolitan FM )
First Train Home
Wait It Out
Between Sheets
Headlock
Bad Body Double
Speeding Cars
Little Bird
Let Go
AHA!
Canvas
The Walk
Swoon
2-1
Goodnight And Go
Tidal

ENCORE

Hide and Seek
Just For Now
The Moment I Said It

Saturday, February 27, 2010

This...Those..Everything!

Couple years and those feelings won't go away
Few things that i could never ever forget, hence miss it so much =')


















Uh-Oh..

Tuesday, February 23, 2010

Young and Restless :))

Hari ini saya merasa sangat produktif dan alhamdulilah, senang :)

Dimulai siaran Breakfast Club seperti biasa, kali ini dengan tamu Jane Lawalata dan Helen, dari Jakarta Broadway Singer. Saya tahu Jane adalah salah satu filmmaker Indonesia yang karya beruntung sudah pernah diproduksi di Hollywood. Saya pun memancing obrolan film dengan dia yang ternyata lulusan NY Film Academy, LA.
Topik pembicaraan ini memang selalu membuat saya orgasme dan cukup bertahan lama.
Perbincangan singkat itu cukup memberi saya semangat dan encourage untuk sekolah film di US.

AMIN :)




Berikutnya perjalanan saya cukup panjang ke PIM untu liputan di Pasta de Waraku. Saya memutuskan naik Trans Jakarta dan disambung Metromini 72 supaya hemat ongkos. Panas Jakarta membakar tengkuk saya. Untungnya saya disambut dengan sepiring Pasta Eel & Eggs plus Calpis dingin plus chocolate cake dari Cosmoners yang sedang berulangtahun

Alhamdulilah :)



Menutup malam, latihan menari kembali setelah minggu lalu absen. Kali ini pasukan cukup lengkap dan banyak gerakan baru yang diajarkan. Akhirnya kembali membakar kalori,semoga saja otot-otot bisa ikut mengencang dan tarian ini cepat selesai terus mulai tarian baru lagi.

Insya Allah :)

Sunday, February 14, 2010

Be Bold Ladies!

Bold what is true:

001. i miss somebody right now.
002. i watch more tv than i used to.
003. i love olives.
004. i love sleeping.
005. i own lots of books.
006. i wear glasses or contact lenses.
007. i love to play video games.
010. i have been in a threesome.
011. i have been the psycho-ex in a past relationship.
012. i believe honesty is the best policy.
013. Hiiiii!
014. i like and respect al sharpton.
015. i curse frequently.
016. i’ve changed a lot mentally over the last year.
017. i have a hobby. *kinda?
018. i’ve been told i have a nice butt.
019. i carry my knife/razor everywhere with me.
020. i’m really, really smart.
021. i’ve never broken anyone else’s bones.
022. i have a secret that i am ashamed to reveal.
023. i love rain.
024. i’m paranoid at times.
025. i would get plastic surgery if it were 100% safe, free of cost, and scar-free.
026. i need money right now.
027. i love sushi.
028. i talk really, really fast sometimes.
029. i have fresh breath in the morning. *when I brush my teeeth.
030. i have semi-long hair.
032. i have at least one brother and/or sister.
033. i was born in a country outside of the u.s.
035. i have a twin.
037. i couldn’t survive without caller i.d.
038. i like the way that i look.
039. i have lied to a good friend in the past 6 months.
041. i am usually pessimistic.
042. i have mood swings.
043. i think prostitution should be legalized.
044. i think britney spears is pretty.
045. i have cheated on a significant other.
046. i have a hidden talent.
047. i’m always hyper no matter how much sugar i have.
048. i think that i’m popular.
049. i am currently single.
050. I like cats better than dogs.
051. i enjoy talking on the phone.
052. i practically live in sweatpants or pj pants.
053. i love to shop.
054. i would rather shop than eat.
055. i would classify myself as ghetto.
056. i’m bourgie and have worn a sweater tied around my shoulders.
057. i’m obsessed with my blog!
058. i don’t dislike anyone.
059. i’m a pretty good dancer.
060. i’m a horrible dancer.
061. i’m completely embarrassed to be seen with my mother.
062. i have a cell phone.
063. i listen to music daily.
064. i cry myself to sleep.
065. i have passed out drunk in the past 6 months.
067. i have never been in a relationship before.
068. i’ve rejected someone before.
069. i currently have a crush on someone
070. i have no idea what i want to do for the rest of my life.
071. i want to have children in the future.
072. i have changed a diaper before.
073. i’ve had the cops called on me before.
074. i bite my nails.
075. i am a member of the tom green fan club.
076. i’m not allergic to anything deadly.
077. i have a lot to learn.
078. i have dated someone at least 10 years older or younger.
079. i plan on seeing ice cube’s newest “friday” movie.
080. i am very shy around the opposite sex.
081. i’m online 24/7, even as an away message.
082. i have at least 5 away messages saved.
083. i have tried alcohol before.
084. i have made a move on a friend’s significant other in the past.
085. i own the “south park” movie.
087. when i was a kid i played hide and go seek
088. i enjoy country music.
089. i love my best friend(s).
090. i think that pizza hut has the best pizza.
091. i watch soap operas whenever i can.
092. i’m obsessive, anal retentive, and often a perfectionist.
093. i have used my sexuality to advance my career.
094. i love michael jackson, scandals and all.
095. i know all the words to slick rick’s “children’s story”.
096. halloween is awesome because you get free candy.
097. like spongebob.
098. i have dated a close friend’s ex.
099. i’m happy as of this moment.
100. i have gone scuba diving.
101. i’ve had a crush on someone i’ve never met.
102. i’ve kissed someone i knew i shouldn’t.
103. i play a musical instrument.
104. i strongly dislike math.
105. i’m procrastinating on something right now.
106. i own and use a library card.
107. i fall in “lust” more than in “love”.
108. cheese enchiladas rock my socks.
109. i think the lord of the rings is one of the greatest things ever.
110. i’m obsessed with the tv show “lost.”
111. i am resentful that i have to grow up.
112. i am an entirely different person around different people.
113. i think the world would be a better place if people just smiled and meant it more often.
114. i think ramen is the best kind of food in the whole world.
115. i am suffering of a broken heart.
116. i am a nerd.
117. no matter where i am or who i’m with, i always seem to be lonely.
118. i am left handed and proud of it.
119. i don’t change who i am for someone else.
120. my heart resides below my feet.
121. i am a senior in high school.
122. i enjoy smoothies.
123. i have gastritis.
124. i have nothing better to do with my time.
125. i am listening to radiohead right now.
126. most people call me by my middle name.
127. the last thing i stole was makeup.
128. pi confuses me.
129. i love nascar!
130. i own over 200 cds.
131. i work 7 days a week.
132. i have mono.
132. i don’t have the ability to make decisions without changing my mind.
133. people tell me i have a horrible sense of humor.
134. i’m only wearing underwear.
135. i had more than one thanksgiving dinner this year.
136. i’ve driven to a different state to see a band i liked.
137. i am the most over analytical person i know.
138. i believe in wasting time.
139. i don’t listen to too much music.
140. i have a shoe fetish.
141. my favorite holiday isn’t christmas.
142. i prefer weeks off of work/school instead of days here and there.
143. i love boys
144. i wanna go home.
145. i don’t know what i would do without my friends.
146. Christmas threw up in my dorm room and i love it.
147. friends is (one of) my favorite tv shows.
148. i’m hungry.
149. i’m still angry about the nip/tuck season 2 finale cliffhanger.
150. i’m a pothead and proud of it!
151. i noticed there are several numbers missing from this list, making this very much not the 151st entry.
152. i lied about one of the items on this list.
153. my siblings are my best friends. my sister is one.
154. i believe cheese should be its own food group.
155. i have a problem expressing things.
156. i have lost a parent.
157. i am the most deprived person i know on the face of the planet.
158. i have at least one test tomorrow that i am not prepared for yet.
159. i love slim jims! even if they are really bad for you.
160. i am sick and tired of school so i am not going.
161. i love sundance.
162. i do not watch television.
163. i love starbucks coffee drinks.
164. i am living at least one lie right now.
165. i love wearing skirts, even if its winter.
166. i’m a weirdo.
167. i am writing this far, far too late/early.
168. i’m a little crazy.
169. i like the smell of white tic tacs.
170. i know at least one person in a “life or death” crises at this moment.
171. i don’t associate myself with any political parties.
172. i always know all the gossip at my school/workplace/whatever, and nobody ever suspects it.
173. i have thought about suicide.
174. i have no idea what i am going to write for my question.
175. i can be selfish.
176. i’m so emo at times.
177. i can solve a 3x3 rubik’s cube.
178. i think the human race is evil & should be demolished.

179. i cheated on a test before.
180. i am a member of animemusicvideos.org 181. i’m sick of drama
182. i need a job

183. The last person I texted was a boy.