Friday, November 13, 2009
MACABRE : Young And Talented, Killer..
Malam tadi, 13 November 2009 tepat hari Jumat Kliwon, di tengah hujan yang mengguyur kota Jakarta makin lengkap ketika saya ikut mengantri nonton film Macabre alias Rumah Dara. Belum masuk ke bioskop saja, saya sudah membayangkan pertumpahan darah yang akan muncul di layar bioskop. Yah, akhirnya saya memberanikan diri menonton film pembuka Indonesia International Fantastic Film Festival 2009.
Suguhan malam itu adalah karya The Mo Brother, alias duo Timothy Tjahjanto dan Kimo Stamboel, yang merupakan pengembangan film pendek Dara tahun 2007. Sounding film Macabre ini sebenarnya sudah terdengar sejak lama terutama karena film pendeknya dianggap terlalu sadis oleh LSF. Ternyata memang film ini lebih dulu diputar di festival-festival luar negeri. Saya pun sudah mempersiapkan diri untuk thriller menegangkan malam itu.
Kisah perjalanan Ladya (Julie Estelle) dan Adjie (Ario Bayu) yang tengah menyelesaikan konflik keluarga menjadi tragis. Bersama Astrid (Sigi Wimala), istri Adjie yang sedang hamil, Jimmy (Daniel Manantha), Alam (Mike Muliadro) dan Eko (Dendy Subangil) yang mempertemukan mereka dengan Maya (Imelda Therine). Eko yang 'mata keranjang' bersedia mengantar Maya pulang karena kasihan. Sampainya di rumah Maya, mereka disambut dengan keramahan kakak Maya (Arifin Putra) dan suguhan khas Dara, mama Maya (Shareefa Danish). Tak bisa menolak mereka pun bersantap malam dengan rasa yang luar biasa. Ternyata, suguhan itu memang spesial, mereka pun tiba-tiba tidak sadarkan diri dan sesadarnya Ladya, Jimmy, dan Eko menemukan diri sedang terikat di gudang belakang, dan menyaksikan mutilasi yang dialami oleh Alam.
satu persatu mereka pun berkejar-kejaran dengan penghuni Rumah Dara itu.
Selanjutnya, cerita bergulir seperti apa yang sedang dibayangkan Anda di benak kepala.
Film horror thriller ini sudah menandakan daerahnya dengan 'darah' sejak awal film. Permainan darah pun jadi suatu kekuatan yang sudah dijanjikan dan akhirnya diumbar sepanjang hampir 100 menit. Adegan-adegan vulgar seperti mutilasi ditampilkan layaknya penjagal di peternakan. Selain kekuatan detail khas film horor seperti samurai, dan rumah tua, ekspresi tokoh-tokoh antagonisnya cukup membuat bergidik.
Imelda dan Arifin mungkin masih belum bisa menghilangkan imej 'manis' dalam karakter yang harusnya terlihat sadis. Tapi, kekakuan Arifin cukup mengimbangi karakter Dara yang entah sengaja dibuat terlihat kaku atau sosok yang tertangkap seperti itu akibat suara layaknya ibu-ibu tua yang tidak terdengar natural. Danish,yang aslinya kelahiran 1982 harus memerankan wanita tua yang lahir tahun 1800-an. Suara yang harus diberat-beratkan dan ekspresi wajah yang kaku plus signature body language memiringkan kepala ke samping, membuat sosok Dara makin misterius dan menyeramkan. Saat adegan Dara bergulat dengan Ladya, sosok yang dimunculkan makin menyeramkan, dengan balutan terusan putih polos dan rambut hitam panjang terurai mengingatkan kita pada sosok-sosok hantu khas Indonesia. Paduan Dara dengan gergaji mesin seolah ingin memadukan sosok hantu Indonesia di tengah senjata-senjata pembunuh yang makin canggih. Ekspresi wajah Danish yang menyeramkan menunjukkan dingin dan kakunya Dara, sekaligus hasrat membunuh yang besar. Puncaknya, ekspresi wajah saat Dara menempel di mobil Ladya dan akhirnya tertabrak pohon menjadi 'gong' yang mungkin mengantar Danish memenangkan Best Actress di Puchon Fantastic Film Festival, Juli lalu.
Angkat topi untuk Shareefa Danish.
Tokoh lain yang menjadi sorotan, Julie Estelle. Awalnya, kawan sebelah saya sempat menyeletuk, "Yah, cuma jadi pelayan?" dan saya pun tertawa, mengingat sang aktris memang tidak terlalu disorot di media promosi film ini. Ternyata, sosok Ladya disiapkan menjadi pahlawan di akhir film ini, seperti yang sudah saya bayangkan di menit ke dua puluhan saat film berlangsung. Tapi,Julie Estelle bisa tetap menunjukkan sisi ketakutan tokoh Ladya. Setelah Macabre, saya seperti melihat dia menjadi aktris spesialis horor dibandingkan drama meskipun wajahnya cenderung mellow.
Tokoh lainnya? Saya rasa tidak perlu, sama tidak perluanya dengan sorotan tokoh-tokoh bawahan lain yang sebebarnya terlalu banyak dan sempat membuat penokohan jadi tidak fokus. Sama seperti ketika adegan polisi yang menggerebek rumah Dara dan justru mementahkan kecemasan penonton dan berbalik tertawa,mungkin karena Aming yang imej komedinya sudah terlalu melekat muncul lebih dari 2 adegan.
Sisanya, Macabre cukup membuat bulu roma saya bergidik dan keparnoan saya muncul seketika saat melihat daging segar disajikan di atas meja makan.
Kira-kira darimana asal daging itu?
*berbagai sumber
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
nice info aganwati!
Post a Comment