Monday, November 21, 2011

The Raid : Menghadap Penonton Indonesia di Penutupan INAFFF



“The Raid” memang bukan film Indonesia pertama yang berjaya di festival film internasional. Kalau mau kilas balik, film-film seperti “Berbagi Suami”,” Pintu Terlarang”, “Madame-X”, dan yang terbaru film karya Teddy Soeriaatmaja sukses menorehkan namanya di festival film internasional. Apakah memang setelah membuat penonton internasional berdecak kagum akan memudahkan jalannya untuk tayang di Tanah Air sendiri? Setidaknya, itu yang terjadi pada film karya Gareth Evans, “The Raid” yang tayang perdana di Indonesia sebagai film penutup Indonesia International Fantastic Film Festival 2011 hari Minggu malam lalu.

Kisahnya berkisar tentang penyerbuan besar-besaran sebuah gedung yang tidak pernah tersentuh oleh polisi. Dipimpin oleh Jaka (Joe Taslim), pasukan tentara ini berusaha menangkap pemimpin kelompok mafia kelas kakap yang diperankan aktor senior Ray Sahetapy. Penyerbuan ini merupakan perjuangan mati-matian tanpa backup yang memadai. Hiruk-pikuk dalam baku tembak ini akhirnya terjadi dengan sedikit melibatkan warga sipil yang juga tinggal di gedung rumah susun tersebut. Selain Jaka, ada Rama (Iko Uwais) yang berada dalam barisan polisi tersebut dan juga sersan yang ternyata punya misi tersendiri atas penyerbuan tersebut (Pierre Gruno).



Tak disangka, gedung tersebut dijaga ketat dengan pasukan yang bersenjata dan tidak main-main mau menghabisi pasukan polisi tersebut. Sebelum menghadapi bos mafia, ada kaki tangan yang disebut mad dog (Yayan Ruhiyan) yang siap menghabisi siapa saja yang berusaha memporakporandakan istana mafia tersebut. Bagaimana pertahanan para polisi bau kencur yang masih gemetar saat memegang senjata ini harus berhadapan dengan mafia bersenjata yang siap menghabisi tanpa kenal ampun?

Animo penonton Indonesia sudah dibangun sedemikian rupa sejak film ini berhasil menjadi People’s Choice Award di Toronto Film Festival September lalu. “The Raid” sendiri sudah tampil di kancah internasional sejak Cannes Film Festival bulan Mei 2011 silam. Saat itu, hanya potongan film dari proses syuting yang dibawa ke festival bergengsi dunia tersebut. Dari potongan film yang syutingnya baru selesai Juni lalu, akhirnya Sony Pictures Worldwide membeli hak distribusinya untuk wilayah Amerika dan resmi berganti nama dari “Serbuan Maut” menjadi “The Raid”. Sejak saat itulah nama Gareth Evans, Iko Uwais, dan Yayan Ruhiyan disebut-sebut sebagai aktor utama di balik kesuksesan film ini.

Ketertarikan Evans akan film laga ini sudah terlihat dalam film sebelumnya, “Merantau”. Film yang juga dibintangi Iko Uwais ini menampilkan aksi pencak silat yang menjadi koreografi utama film tersebut. Nasib pemutaran “Merantau” berbeda jauh dengan “The Raid”. “Merantau” tayang di Indonesia tahun 2009 dan hanya bertahan beberapa minggu saja di layar bioskop. Kemudian , Evans membawa film ini ke Amerika, dan tidak disangka berhasil meraih penghargaan Action Fest 2010 di Asheville, North Carolina.

Melihat titik cerah untuk film laga Indonesia, Evans makin memantapkan untuk menggodok film berikutnya. Berkolaborasi dengan Iko yang memang atlet pencak silat dan Yayan, menjadikan “The Raid” sebagai film laga berciri khas pencak silat. Unsur yang sangat Indonesia inilah yang menjadikannya bersinar dan terlihat unik. Meskipun banyak adegan baku tembak penuh darah dalam film ini, setiap aktornya menampilkan kemampuan akting laga, terutama adegan berkelahi dengan tangan kosong. Dari mulai adegan pertama, Iko terlihat menampilkan kemampuannya sebagai master Pencak Silat sampai sepanjang 101 menit kemudian.



Penayangan perdana “The Raid” membuktikan kalau publik Indonesia begitu haus dan tertarik pada film Indonesia berkualitas. Meskipun disutradarai oleh filmmaker asal Inggris, kru dan pemain dalam film ini 90% merupakan warga lokal. Jadi, kita bisa dengan bangga mengatakan “The Raid” merupakan salah satu karya film Indonesia yang menjanjikan. Di depan 500 penonton yang beruntung menyaksikan film ini untuk pertama kali, terlihat optimisme dan juga pujian-pujian yang dilontarkan termasuk oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, yang ikut menonton dan memuji kerja keras kru serta pemain dari film ini.

Kamu penasaran dengan film yang mendapat rating 8.6 di forum dan situs film internasional ini? Nampaknya harus cukup sabar sampai pertengahan tahun depan. Awalnya film ini dikabarkan akan tayang Februari 2012 mendatang, tetapi kabar baru berhembus katanya baru awal April film ini bisa ditayangkan serentak di tanah air. Well, it’s worth to wait!

Also posted in FIMELA.com

No comments: