Thank God It’s Friday!
Saatnya bersenang-senang di akhir minggu ini.
Sebelum keriaan di mulai malam ini, gue melewati pagi yang cukup aneh saat gue lagi jalan menuju kantor.
Gue biasanya jalan dari gedung Telkom menuju kantor gue di Menara Jamsostek. Jalanan menuju kantor itu jarang banget ada orang yang jalan apalagi yang melawan arah. Gue yang masih ngantuk (seperti biasa) jalan dengan gak peduli sama sekitar gue. Di depan gue ada bapak-bapak pakai baju setelan kemeja lengan pendek, celana jeans, dan sandal jepit. Gue gak ngeh darimana muculnya bapak ini. Tiba-tiba dia udah ngobrol sama abang-abang yang jualan sol sepatu pake gerobak yang jalan berlawanan arah sama gue. Mereka berdua berhenti dan ngobrol entah apa. Awalnya gue gak meratiin, tapi gue jadi agak penasaran juga karena gue lihat abang tukang sol ini tiba-tiba mengeluarkan uang selembar lima ribuan, dilihat dari warna uang dari jauh. Gue piker si bapak ini beli sol sepatu ke abangnya. Tapi gue lihat lagi, bapak itu gak megang apa-apa dan abang sol itu pun berlalu. Gue meneruskan jalan gue dan bapak itu jalan di belakang gue.
Tiba-tiba gue ngerasa ada orang ngomong di belakang gue tapi gue gak bisa memahami apa yang dia omongin. Gue akhirnya sedikit memutar kepala gue, ternyata bapak itu sudah ada di samping gue but still I can barely understanding what he’s babbling about.
Dia nanya,
Bapak : “Ke kampung rambutan gimana yah?”
Gue : (setengah masih kaget, ngantuk, dan beneran gak tau) “……..”
Bapak: “^@*&@&*!1+\ Kampung rambutan, neng!”
Gue : (masih diem, gak paham kata-kata dia selain kampong itu.)
Bapak : “Saya jalan kaki dari Blok M, tadi dikasih uang sama tukang sol 5000”
Terus bapak itu ngasi lihat uang 5000-annya dan dia jalan di depan gue.
Gue pengen ngedahuluin dia, tapi susah juga karena dia jalannya lumayan cepet.
Tiba-tiba bapak itu balik badan lagi, again dia bergumam sesuatu yang gak gue ngerti.
Dia terus mengeluarkan dompetnya, dikeluarin juga uang recehan seratus perak dari dompetnya.
Barulah gue mengerti apa yang sedang terjadi jam 08.25 pagi hari itu.
Gue agak serem sebenernya, cuma gue kasian juga sama dia apalagi kata-kata (yang kayanya bahasa Sunda) yang gue pahami dari dia cuma jalan kaki dari Blok M. Lumayan juga ke Gatot Subroto. Walaupun gue gak tau juga dia bohong atau gak.
Gue akhirnya mengelurkan sejumlah uang dan bapak itu berlalu dengan jalannya yang terburu-buru. Dia gak melihat ke belakang lagi sampai pas gue masuk ke kantor gue, dia nengok ke arah belakang tapi gue udah keburu masuk.
Well,
Kalau kejadian ini terjadi diatas jam 6 sore mungkin gue akan lebih parno dan ignore dia.
Gue gak tau apa tujuan dia dan apa yang dia bilang itu bener atau gak. At least I tried to help,is it? Or I just made a short cut to escape from weirdness of him?
Jakarta,makin aneh aja deh orang-orangnya!!
No comments:
Post a Comment