Friday, December 18, 2009
The 11th JIFFest; as my 1st being apart from it
Season festival film tanah air tahun ini kembali ditutup oleh Jakarta International Film Festival,kali ini yang kesebelas tanggal 4-12Desember 2009. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini hanya ada 1 venue yang dipakai selama festival yaitu Blitz Megaplex Grand Indonesia. Berhubung venue ini sangat dekat dengan kantor, tak heran, meskipun bukan lagi jadi volunteer, kegiatan nonton menonton ini berlangsung hampir setiap hari.
Totalnya lebih kurang ada 8 film yang saya tonton. Selain memang merencanakan menonton film yang sudah saya tunggu-tunggu, berbekal undangan premiere saya juga berkesempatan menikmati beberapa film yang beru perdana tayang di layar bioskop Indonesia.
Selain film, suguhan tiap tahun dari JIFFest yang sayang dilewatkan adalah pannel discussion dengan beragam topik hangat seputar film dan industrinya. Lebih menariknya lagi, kita akan diperkenalkan dengan filmmaker asing atau pelaku industri film profesional yang memiliki lebih banyak pengalaman dan juga perbedaan point of view dari industri film Indonesia. Kesempatan yang saya dapat dari Film Marketing and Promotion bersama Thomas Chia,dari Lighthouse Film Singapore dan produser asal Australia, yang saya lupa namanya :P
Layaknya film ala festival, beberapa memang mungkin tidak seperti harapan tetapi buat saya film tidak pernah menjadi pilihan yang salah meskipun ada yang membuat Anda tidak betah duduk manis dan tidak memejamkan mata karenanya atau bahkan benar-benar membuat Anda hengkang keluar dari studio.
Well,saya berusaha akan membuat review film-film yang saya tonton, setidaknya satu-dua film. Sekarang, saya baru akan membagi judul-judul dan review singkatnya saja;
1. The Damned United (Inggris) : ★★★
Pecinta bola tentu tidak ingin melewatkan cerita di balik kesuksesan tim Inggris,Leeds United dan sang manager legendaris.
2. Soundtrack for Revolution (USA) : ★★★*
Kulit hitam masih mendapat kecaman di beberapa negara, tak terkecuali Martin Luther King, penggerak politik Apartheid.
3. Gubra (Malaysia) : ★★★★
Film pembuka dalam rangkaian tribute to Yasmin Ahmad dan salah satu trilogi Sepet, Gubra, dan Rabun.
4. Coco Avant Chanel (France) : ★★*
Kisah perjalanan hidup dan asmara Gabrielle yang akhirnya dikenal dengan rancangan klasik berlabel Chanel.
5. Mualaf (Malaysia) : ★★★
Film karya Yasmin Ahmad terakhir sebelum dia berpulang dan masih dibintangi Syarifa Amani sebagai bintang utamanya.
6. At The End of Daybreak (China) :★★
Film besutan sutradara Singapura yang mengisahkan cinta yang berbatas tipis dengan nafsu, nafsu membunuh.
7. Love And Rage (Denmark) : ★★★★*
Keinginan memiliki dan mencintai seseorang bisa jadi berlebihan dan mengguncang jiwa seseorang. Dinikmati bersama musik apik yang mengiringi.
8. NY I Love You (USA) : ★★★
New York, kota impian, kota super sibuk, kota yang tidak peduli, kota yang membosankan, kota yang romantis, dan semua yang dibenci tetap bisa menaburkan cinta.
Memang sangat sedikit dibandingkan dengan 110-an film lebih yang ditayangkan di JIFFest tahun ini. Sedih memang tidak bisa menikmati seluruhnya, sama rasanya ketika merasa bukan bagian dari festival film terbesar di Indonesia ini lagi :(
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment