Saturday, January 08, 2011

Hoi Hoi Hoi, Gantooong!



Siapa sangka, berawal dari tulisan tentang kehidupan masa kecil di Gantong, Belitong sekarang kisah 'Laskar Pelangi' yang sukses diangkat oleh Andrea Hirata ini bisa dinikmati bukan hanya di layar lebar tetapi juga lewat teater musikal dengan judul yang sama.

Meningkatnya produksi drama musikal di Indonesia menunjukkan geliat positif bagi orang-orang yang terlibat di baliknya dan juga penontonnya. Digelar sepanjang akhir Desember 2010 sampai Januari 2011, Musikal Laskar Pelangi mendapat sambutan yang meriah bahkan tiketnya sendiri sudah habis dipasaran sebelum pertunjukannya selesai digelar*. Presiden RI SBY ikut menunjukkan apresiasinya dengan menonton serta standing ovation selama 15 menit setelah menyaksikan bocah-bocah bersuara emas itu tampil di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jumat 7 Januari silam.

Musikal Laskar Pelangi (MLP) mengangkat kisah yang lebih kurang sama persis dengan film dan bukunya. Lintang, Ikal, Mahar, Kucai, dan Bu Muslimah lebih ekspresif lewat nyanyian dan lagu-lagu yang aransemennya dimotori oleh Erwin Gutawa dan orkestranya. Riri Riza masih menjadi sutradara bersama dengan Mira Lesmana menyajikan suguhan yang alur cerita dan dialognya disampaikan lewat nyanyian yang menghentak tapi bisa dengan jelas tersampaikan maknanya. Ada 3 pemeran Bu Muslimah yang bergantian memerankan, Dira Sugandi, Lea Simanjuntak dan Eka Deli. Ketiganya punya pamornya tersendiri di dunia musik Indonesia. Kebetulan di pertunjukan yang saya tonton malam itu, Dira Sugandilah yang berperan sebagai Bu Mus. Kekuatan suaranya tidak perlu diragukan lagi! Saya sendiri cukup menantikan penampilannya karena selama ini Dira Sugandi sukses membuai penonton musik jazz kelas internasional tetapi mampukah dia mengambil hati penonton 'asli' Indonesia lewat debut teaternya ini. Tidak perlu ditanya, jawabannya tentu saja!

Meskipun beberapa orang di balik layar MLP tidak sefamiliar nama-nama lainnya, satu hal yang membuat saya terkesima sepanjang hampir 3 jam durasinya adalah setting panggung yang luar biasa. Jay Subiyakto adalah seorang genius yang ada di balik ini semua. Setelah lama tidak terdengar namanya, setting panggung MLP sanggup membuktikan eksistensi dan juga kualitasnya. Bayangkan panggung yang dibuat seperti 3 dimensi sehingga bayangan alam Gantong cukup terasa dengan padang rumput luas dan pantai berciri khas batu-batu besarnya. Belum lagi penggambaran cerita Pak Harfan ketika menceritakan kisah Nabi Nuh dengan kapal besarnya divisualisasikan lewat layar hitam yang menerawang di tengah-tengah para laskar pelangi. Ingat adegan cerdas cermat saat Lintang menjabarkan kembali soal yang diberikan kembali lewat layar hitam yang menghadap langsung ke penonton.



Lepas dari kekecewaan calon penonton yang gagal mendapatkan tiket, MLP memang layak diperebutkan tiketnya. Mencoba mengajak semua orang dari berbagai lapisan, anak-anak, orangtua, pecinta seni atau orang awam untuk berduyun-duyun menyaksikan gambaran Belitong dari Andrea Hirata dibawah arahan Riri Riza. Anak-anak ikut menyanyi pasca menonton sedangkan orangtuanya kembali menantikan musikal apalagi yang bisa dinikmati sekaligus menghibur untuk mengisi liburan buah hatinya.
MLP yang menurut saya promosinya tidak segencar beberapa musikal lainnya, ternyata tidak perlu khawatir kalah pamor atau menyisakan bangku kosong tanpa penonton selama hampir 2 minggu penuh. Entah berkat nama besar di baliknya, estimasi pemilihan waktu yang tepat atau memang pecinta tetralogi Laskar Pelangi yang begitu loyal mengikuti perkembangan karya tersebut, yang pasti MLP menyuguhkan kualitas yang tak perlu dibandingkan dengan yang lain tanpa embel-embel popularitas.

Inilah salah satu keberuntungan saya menjadi satu dari ribuan penonton yang berhasil mendapat tiket! Saatnya berseru, "Hoi..Hoi..Hoi.."





*dari akun twitter @Musikal_LP 080111

1 comment:

timo said...

senang gue melihat (ralat: mendengar!) perkembangan dunia drama panggung di Indonesia, lewat Onrop! dan MLP. disini geliat drama panggung udah jadi makanan sehari-hari, bahkan untuk film-film yang di-drama panggungkan. maju terus, Indonesia!