Sunday, January 29, 2012

Welcoming The Year of Dragon

Perjalanan perdana tahun 2012 ini diawali dengan kunjungan ke negri tetangga Singapura. Sebenarnya saya bukan tipe yang suka mengunjungi satu tempat yang sama dalam kurun waktu berdekatan. Terkahir saya ke SG tahun 2010 dan 2007, memang cukup lama jaraknya tetapi saya masih bisa mengingat cukup jelas beberapa tempat yang sudah saya kunjungi. Kali ini, tujuan utamanya adalah menonton drama musikal Broadway Wicked yang pentas sepanjang Desember – April di Marina Bay Sand. Awalnya saya merencanakan pergi sendiri karena tidak berniat mengelilingi kota tersebut tetapi di tengah jalan, salah satu teman baik saya, Fauzan tertarik bergabung. Jadilah, perjalanan yang awalnya hanya berkisar menonton teater tidak lebih dari semalam diperpanjang menjadi tiga malam, tentu dengan agenda perjalanan yang lebih banyak. Pilihan waktu berlibur ini ternyata tanpa saya sadari bertepatan dengan perayaan Imlek, lengkaplah sudah. Saatnya saya mewujudkan cita-cita menikmati suasana tahun baru China di negara yang mayoritas merayakan xin jia ini.


Sebelum perjalanan dimulai, ada satu pakem yang harus dilakukan menyangkut partner perjalanan saya. Meskipun sudah berteman cukup lama, ada hal mendasar yang harus didiskusikan, bujet dan tujuan perjalanan. Mengingat saya adalah seorang control freak, jadi saya harus memahami apa keinginan partner saya kali ini dan batasan apa yang sama-sama kita miliki. Setelah didiskusikan, Fau menyerahkan itinerary perjalanan pada saya. Ya, termasuk pemesanan tiket pesawat, hotel, nonton Wicked sampai rencana perjalanan harian. Sama-sama kami akui kalau perjalanan ini merupakan perjalanan irit, yang sebenarnya memang selalu jadi prinsip ekonomi saya saat trip apapun. Saya bahkan lebih fair, menyebutkan angka nominal yang saya bawa selama perjalanan. Tujuannya supaya tahu kemampuan satu sama lain tanpa harus merasa sungkan atau jadi sensitif. Mengingat kurs SGD sendiri cukup tinggi, kami harus pintar-pintar memotong bujet agar tetap bisa menikmati liburan tanpa sengsara.

Untuk perjalanan yang direncanakan lebih kurang sebulan dalam suasana peak season, kami cukup beruntung mendapat harga tiket dan hostel yang terjangkau. Tiket nonton Wicked pun kami memilih yang termurah. Asumsi kalau gedung teater yang bagus tentu memadai semua penontonnya untuk menikmati pertujukan dengan nyaman, bukan?

Tiger Airways USD 210
Feel At Home Hostel (3 Nights,6 Mixed Dorm) USD 90,17
Wicked tickets SGD 110,88 USD 91,8
Total USD 391,7 : 2 persons = USD 195,9

Total pengeluaran memang terasa besar karena tiket nonton teater yang jadi tujuan utama. Jadilah di sini pintar-pintarnya menghitung dan berhemat, pilihan saya waktu itu adalah menghemat pengeluaran makan-makan dan transportasi. Mengingat lokasi hostel berada di Bugis, transportasi sangat bisa dihemat dengan MRT, Bus atau jalan kaki saja.

Bagaimana kisah perjalanan super irit kali ini?

Mulai dari hari pertama, penghematan sudah dilakukan dari urusan makan. Ternyata, Fau punya pengalaman lebih gila soal penghematan. Dalam trip sebelumnya ke KL, ia dan beberapa temannya sampai nekat bawa bekal nasi beserta lauk pauknya untuk bertahan sampai 2 hari! Cara yang cukup ekstrim dan saya bersyukur ia tidak melakukannya dalam trip kali ini. Kebayang masuk ke pesawat dengan tas penuh nasi putih dan bau rendang yang merebak ke seluruh penjuru pesawat. Tidak hilang akal, ternyata Fau mengantisipasinya dengan membawa bekal roti siap makan untuk bekal dua hari. Saya cukup terselamatkan, di hostel kami menyediakan sarapan sebelum jam 10 pagi dengan menu roti panggang selai srikaya dan menu tambahan sesuai selera (dan mood) pemilik hostel. Untungnya saya tidak bosan menikmati menu itu selama empat hari berturut-turut. Ide hemat lainnya, beli air mineral di hostel juga bisa menghemat barang 50-80 sen sama seperti yang terjadi di hostel Ho Chi Minh City. Misalnya sering naik MRT kadang kita tidak sadar jarak tempuh yang terjangkau walking distance-nya dihargai SGD 1-2 padahal bisa jalan 5-15 menit saja. Coba rajin-rajin baca peta, kira-kira berapa blok yang harus ditempuh jalan kaki daripada harus naik MRT atau bus. Setelah menonton Wicked dan berkeliling Singapore River, waktu sudah menunjukkan tengah malam, tentunya opsi moda transportasi yang tersisa hanya taksi atau bus. Bagi saya, bus adalah opsi utama untuk tersesat di kota dan taksi tentu punya ongkos tambahan jika lewat tengah malam. Kami pun menyusuri Esplanade sampai Bugis yang jaraknya lebih kurang 6 blok dengan berjalan kaki. Selama 20-25 menit, perjalanan tidak terasa lelah karena jalan santai dan menikmati suasana Singapura di malam hari yang cukup aman.
href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggpiaBBNlFS4QABEKlu2d7gBaQhgn_gEiMmUqMbKBt9Xg9xOEyldU0SmwgBKwk506BI_xxN3a4Zrtx9vKJeaxEVLzp5QvmG72HDka8ThdEnPX27lvzEU0-RSZkFz-l5FGBiotU/s1600/Sing+Panorama.jpg">
Perjalanan Hemat Bukan Berati Tanpa Hura-Hura Bukan?


Selama dua kali mampir ke SG bersama teman, kebanyakan hanya melihat daerah pertokoan di Orchard, kafe cantik di Clarke Quay, dan menikmati resor populer di Sentosa.

Kali ini saya tidak mau sia-siakan, saya sudah menargetkan menjelajahi museum, daerah pecinan, sampai pelosok yang jauh dari keramaian apalagi perbelanjaan. Dengan waktu yang minim memang lokasi yang dijelajahi lebih terbatas, National Museum of Singapore (NMOS), Singapore Art Museum (SAM) dan Chinatown menjadi target utama saya.
Dengan membayar masing-masing SGD 10, saya menikmati museum yang begitu megah dan penuh dengan koleksi unik termasuk film dan kuliner Singapura di National Museum. Di SAM malah sedang berlangsung kompetisi bagi seniman Asia termasuk Indonesia.

Mulai dari lukisan, fotografi, seni visual, sampai video dipamerkan di museum sebanyak tiga lantai dan satu gedung annex. Karya yang memikat hati saya, film dari Taiwan tentang sulitnya menembus visa Amerika dan kebijakan kewarganegaraan Taiwan dan China. Selain itu, di NMOS terdapat museum film dan wayang yang berisi sejarah dan perjalanan perkembangan film di Singapura.



Di Chinatown, saya juga sudah mengincar beberapa lokasi makan yang direkomendasikan, sayangnya lokasinya begitu padat dan saya sudah keburu tidak nafsu dengan ramainya perayaan pergantian tahun kelinci ke tahun naga, apalagi hujan tidak habisnya mengguyur kota. Sudah tentu, perayaan Imlek menjadi atraksi utama yang saya tunggu apalagi banyak objek yang bisa diabadikan lewat foto.


Keuntungan lain yang tak terduga, setelah puncak acara kembang api perayaan Imlek, hujan deras dan jalanan yang ditutup sana-sini sempat membuat saya dan Fau memutuskan mencari taksi. Sambil menunggu, kami mencoba melirik stasiun MRT. Logikanya, MRT trakhir ada di jam 11 malam sedangkan saat itu waktu menunjukkan jam 1 malam. Ternyata, khusus di malam pergantian tahun MRT beroperasi lebih malam dari biasanya ke semua jurusan! Sukses berhemat lebih dari SGD 10 untuk pulang.

Every Penny Counts!

Sepanjang menyusuri Singapura yang serba mahal (dibandingkan perjalanan sebelumnya ke Ho Chi Minh City), tentu harus ada trik-trik yang bisa digunakan saat perjalanan ke negara yang biaya hidupnya tinggi. Kali ini ada beberapa tips supaya tetap bisa hidup nyaman & tenang. Kalau kata Ligwina Hananto, masa liburannya udah selesai tapi hutangnya belum beres-beres?

* Kenali kemampuan finansial partner liburanmu. Ini penting, apalagi uang masalah yang sensitif. Gak lucu dong kalau ternyata kamu hura-hura padahal partner kamu keuangannya menipis? Dari awal fair-fairan aja,berapa persiapan uang saku sepanjang perjalanan. Daripada ada yang sakit hati nantinya?

* Maksimalkan fasilitas hostel (atau hotel bila mampu), mulai dari sarapan gratis, wifi, loker, sampai refill air mineral. Sudah jadi hak kamu kok dengan uang yang sudah kamu keluarkan itu.

* Ini yang saya juga baru tahu, ada beberapa hostel yang punya website sendiri untuk booking. Ternyata, mereka bisa kasih diskon kalau kamu booking langsung ke websitenya dan bukan dari booking agent seperti hostel.com, hostelworld.com atau agoda dan sebagainya. Kalau baru pertama kali, lebih baik di booking agents karena urusan keamanan kartu kredit kamu terjamin.

* Beberapa booking agents juga punya harga berbeda, jadi pilih yang harganya paling rendah. Saya sempat coba bandingkan hosteworld dan hostel.com, untuk hostel Feel at Home Bugis, hostelworld.com menawarkan harga lebih murah lebih kurang 20.000 rupiah permalam-per orang. Lumayan kan?

* Habiskan koinmu! Ini yang kadang-kadang jadi jebakan, uang koin yang berceceran kalau dikumpulkan bisa jadi uang makan siang atau naik bus kamu. Perjalanan kemarin saya benar-benar menghabiskan uang koin sampai 10 sen terakhir.

* Jangan lupa refund kartu MRT, Octopus, atau sejenisnya. Walauu hanya 1 dollar itu sangat berharga karena senilai sebotol air mineral.

* Kalau mau menonton pertujukan, drama atau teater, kadang mereka juga punya harga yang lebih murah untuk pertunjukan weekdays atau siang hari. Perbedaanya bisa sampai SGD 10-20!

* Buat shoppaholic, coba jadwalkan agenda belanja di hari terakhir saja. Asumsikan belanja itu bisa dilakukan kalau ada sisa uang. Dengan trik seperti ini, kamu bisa hemat di awal karena ingin belanja di akhir tetapi kalau ternyata tidak ada barang menarik, justru kamu punya sisa uang banyak yang tak terpakai :D

* Targetkan dan jangan tergoda! Saya selalu berusaha menargetkan untuk tidak menggesek kartu kredit atau membuka dana cadangan selama perjalanan. Tujuannya supaya disiplin dan tidak boros. Kalau dari awal hanya berniat memakai uang jajan USD 200, jangan tergoda menukarkan rupiah saat uang mulai menipis. Prinsipnya: "Saya bisa bertahan dengan sisa uang!" jangan, "Kan masih ada cadangan rupiah yang belum dituka!"

新年快乐 !

No comments: